Jumat, 28 Februari 2014
Kamis, 27 Februari 2014
SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS 9 MTs N 32 JAKARTA
BAGI SISWA YANG MEMBUTUHKAN SOAL UJIAN SEKOLAH MATA PELAJARAN TIK SILAHKAN DOWNLOAD FILENYA. KLIK DISINI
Kisi-kisi tik uas kelas 9
untuk anak-anak kelas 9 MTs N 32 jakarta kisi-kisi tik dapat mendownload filenya silahkandisini
klik
klik
Jumat, 07 Februari 2014
CONTOH PROPOSAL PTK AL - ISLAM
PROPOSAL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
PENDEKATAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MULOK (AL - ISLAM) SlSWA
KELAS XI SEMESTER I SMK AL-FAJAR KEDAUNG PAMULANG TANGERANG SELATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa banyak
siswa kelas XI SMK Al-Fajar bersikap pasip ketika berlangsung pembelajaran
dikelas. Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik.
Ketika guru mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam. Demikianpun
ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar.
Apalagi ketika guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Fakta ini
dilatar belakangi karena siswa kurang diberikan strategi pembelajaran yang memadai.
Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolah dibutuhkan kreativitas dan
keaktifan seorang pengajar dalam membuat strategi belajar mengajar semenarik
mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa khususnya materi aqidah
akhlak.
Sehagaimana dijelaskan diatas bahwa proses
belajar yang menarik dan aktif adalah keinginan setiap praktisi pendidikan.
Seorang guru dalam sebuah proses belajar mengajar dituntut untuk menggunakan
berbagai metode yang menarik untuk menciptakan proses belajar yang kondusif.
Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar mengajar adalah metode
pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya lebih mengedepankan atau berpusat
pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (Student Center). Dengan
pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa (Student Activity)
diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya juga diikuti
dengan hasil atau prestasi belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara
terus menerus. Hal ini dapat dilakukan apabila pola interaksi antara guru dan
siswa terjalin dengan baik. Namun hal lain yang juga sangat penting dalam
melaksanakan kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi belajar dan aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam merencanakan
suatu proses kegitan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan berfokus
pada peningkatan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran al-Islam melalui
kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penetiti dapat
merumuskan beberapa focus penelitian sebagai berikut :
1.
Apakah
pendekatan berbasis aktivitas dapat menumbuhkan motivasi belajar al-Islam pokok
bahasan hafal do’a tentang sholat duha pada siswa SMK Al-Fajar kelas X I pada semester
I tahun pelajaran 2013/2014 ?
2.
Bagaimana
dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis
aktivitas pada mata pelajaran al-Islam pokok bahasan hafal do’a tentang sholat
duha pada siswa SMK Al-Fajar kelas X I pada semester I tahun pelajaran
2013/2014 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1.
Tingkat
Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar al-Islam pokok
bahasan hafal do’a tentang sholat duha pada siswa SMK Al-Fajar kelas X I pada semester
I tahun pelajaran 2013/2014.
2.
Tingkat
dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis
aktivitas dalam pembelajaran bidang al-Islam pokok bahasan hafal do’a tentang
sholat duha pada siswa SMK Al-Fajar kelas X I pada semester I tahun pelajaran
2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
Dari
penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khazanah
keilmuan :
1)
Secara
teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menghasilkan
temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
berbasis aktivitas .
2)
Secara
praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :
a.
Guru
SMK Al-Fajar
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan bidang al-Islam pokok bahasan hafal do’a
tentang sholat duha pada siswa SMK Al-Fajar kelas X I pada semester I tahun
pelajaran 2013/2014 melalui implementasi strategi pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada SMK Al-Fajar umumnya.
b.
Siswa
SMK Al-Fajar
Untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan berbasis
aktivitas khususnya materi al-Islam pokok bahasan hafal do’a tentang sholat
duha pada siswa SMK Al-Fajar kelas X I pada semester I tahun pelajaran
2013/2014
c.
Lembaga
SMK Al-Fajar
Sebagai satu
masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan kelemahan penyelenggaraan
pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi
masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil
prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah.
d.
Diknas
Tangerang Selatan
Sebagai masukan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar mengikuti, memperhatikan, dan
menerapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, sehingga kelemahan
pelaksaan dalam proses belajar mengajar di lapangan pendidikan dapat diperbaiki
sesuai dengan rekomendasi dari hasil - hasil penelitian tindakan kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Motivasi
Belajar Aqidah akhlak
1.
Pengertian
Motivasi
Istilah motivasi
berasal dari kata latin "movere" yang artinya bergerak (Stresser,
144t). Adapun pengertian mengenai motivasi menurut para ahli, antara lain :
menurut Teaven dan Smith (146) konstruksi yang mengaktifkcan dan mengarahkan
prilaku dengan memberi dorongan atau daya pada organisme untuk melakukan suatu
aktivitas. Menurut Chauhan (14?8) motivasi adalah suatu proses yang menimbulkan
aktivitas pada organisme sehingga terjadi suatu prilaku. Wordworth (Petri,
1481; Franken, 1982) r-nengggunakan istiiah Drive rtau
mativasi adalah suatu kanstruksi dengan tiga karakteristik yaitu
intensitas, arah dan persisten. Artinya motfvasi dengan intensitas yang e,ukup
akan memberikan arah kepada individu untuk melakukan sesuatu secara tekun dan
secara terus menerus (Djalali, 2001). Menurutnya motivasi digelongkan menjadi
tiga hagian, pertama, Orgcrraik needs (kebutuhan vital,
seperti : makan, minum, dan lainlain). Kedua, Emergency motives, ditirnbulkan
karena suatu kebutuhan yang harus terpenuhi dan tergantung pula pada keadaan
lingkungan. Ketiga, Objectives motives dan interest (L3akir, 1993).Menurut
Eysenk dan kazvankatuan motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang
menentukan suatu tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum
dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan
konsep-konsep seperti minat, bakat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Menurut
Maslow (1943, 1970) motivasi suatu proses tingkah laku manusia yang
dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan tertentu seperti harga diri
diantaranya (Slameto, 2003). David McClelland, Abraham Maslow, Wan dan Brown
seperti dikutip oleh Wahjosumidjo (1983), bahwa motivasi adalah suatu proses
psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan
kepuasan yang terjadi pada diri seseorang (Kosasih, 2004). Sedangkan menurut
McDonald motivasi ialah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afek-tif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dilihat
dari komponennya motivasi memiliki dua komponen, yaitu : komponen dalam (Inner
Component) dan komponen luar(Outer Component). Komponen
dalam ialah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak puas, ketegangan
atau kecemasan psikologis (Anxiety Of Psychology). Komponen
luar adalah apa yag di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah
perbuatannya (Hamalik, 2002).
Serdasarkan
beberapa pendapat dari para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa motivasi
belajar aqidah akhlak adalah suatu kekuatan (Power), tenaga(Forces), serta
daya (Energy), atau suatu keadaan yang sangat kompleks (A
Complex State) dan kesiapsedian (Preparatory Set), dalam
diri ir.dividu untuk bergerak (To A-love, Alotion, Motive) kearah
tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari dan dalam hal ini mengenai
semua aspek dalam bidang aqidah akhlak. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh
dari dalam diri individu(Instrinsik) dan dari luar diri individu (Ekstrin,sik)
2.
Jenis
- Jenis Motivasi
Salah
satu fungsi pengajaran adalah memberikan motivasi kepada siswa agar mereka bisa
melaksanakan tugas - tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan
produktif. Adapun mengenai motivasi terbagai menjadi dua macam, yaitu :
motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a.
Motivasi
Instrinsik (Instrinsic Motivation)
Motivasi
Instrinsik adalah motif - motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Dengan kata lain motivasi intrinsik adalah motivasi atau
dorongan yang timbul dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk
mendapatkan keterampilan tertentu, keinginan untuk beramal, keinginan untuk
menguasai nilai - nilai yang terkandung dalam pelajaran yang diajarkan, bukan
karena keinginan lain seperti mendapat pujian, hadiah, nilai yang tinggi, dan
lain sebagainya.
b.
Motivasi
Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)
Motivasi
ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivsi instrinsik. Motivsi ekstrinsik
adalah dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari
luar, misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya
berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Bila
seseorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia secara
sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivsi dari luar
dirinya. Dalam ak-tivitas belajar, motivasi instrinsik sangat dibutuhkan.
Seseorang yang tidak memiliki motivasi instrinsik sulit sekali melakukan
ak-tivits belajar secara terus menerus. Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang
memiliki motivasi instrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik,
berpengetahuan, memiliki keahlian tertentu dan gemar belajar.
3.
Prinsip-
Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip
motivasi yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar, antara
lain :
a.
Prinsip
Kompetisi
prinsip
kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi.
Kompetisi inter pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi
masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu.
Sedangkan kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu
dengan yang lain. Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan
motivasi untuk bertindak secara lebih baik. Salah satu bentuk misainya perlombaan
karya tulis, lomba menjadi sisura teladan, lomba keterampilan dan lain
sebagainya. Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa
melakukan berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik.
b.
Prinsip
Pemacu
Dorongan
untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu.
Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain.
Dalam hal ini motif teratur untuk mendorong agar selalu melakukan berbagai
tindakan dan unjuk kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam
upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c.
Prinsip
ganjaran dan hukuman
Ganjaran
yang diterima seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu
yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diherikan
sebuah reward yang memadai cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya
pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran,
prinsip hukuman juga dapat menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi
melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman itu. Hal yang harus diterapkan
secara proporsional dan benar-benar dapat memberikan motivasi.
d.
Prinsip
Kejelasan Dan Kedekatan Tujuan
Makin
jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa
memahami tujuan belajarnya secara jelas.
Hal
itu dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan
yang diharapkan. Cara lain adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum
dan jauh menjadi tujuan yang khusus dan lebih dekat.
e.
Pemahaman
Hasil
Dalam
uraian diatas, teiah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang merupakan
balikan dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan
motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada
diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja
agar terus menjadi lebih baik lagi. Pengetahuan tentang balikan, memiliki
kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para
pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang
telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang
telah dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti
ini akan sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah
dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa
hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari
berkembangnya rasa gagal.
f.
Pengernbangan
Minat
Minat
dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu
objek. Prinsip dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat
apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan
tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan
menimbulkan atau mengemhangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar.
Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada
akhimya dapat menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
g.
Lingkungan
Yang Kondusif
Lingkungan
kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat
menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif.
Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya
kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula
lingkungan sosialpsikalagis seperti hubugan antar pribadi, kehidupan kelompok,
kepimimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan
sebagainya.
h.
Keteladanan
Prilaku
guru secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku
murid yang sifatnya positif maupun negatif. Prilaku guru dapat meningkatkan
motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar prilaku
guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh
yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas
belajar mereka.
Sehubungan
dengan hal diatas, ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan
oleh Hamalik (2002), agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran
khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip
tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam peningkatan motivasi peserta didik
dalam mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang
optimal, diantaranya: 1) Kebermaknaan.Suatu bidang studi akan lebih
bermakna bagi siswa apabila guru herusaha menghubungkannya dengan pengalaman
yang mereka miliki sebelumnya (masa lampau). Sesuatu yang menarik minat dan
bernilai tinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru
hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan
cara memberikan kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2)
Modelling. Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila
disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan
oleh siswa jika guru mengupayakan mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model,
bukan hanya dengan mencerahkan atau menceritakan secara lisan. Dengan model
tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh
guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih suka belajar apabila
penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan
siswa. 4) Prasyarat.Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya
mungkin merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam
belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau mengenali
prasyarat- prasyarat yang telah mereka miliki. Siswa yang berada dalam kelompok
yang bersyarat akan mudah mengamati hubungan antara pengetahuan yang sederhana
yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari.5)
Novelty. Siswa akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik
oleh penyajian-penyajian yang baru (Novelty) atau masih asing. 6)
Latihan atau Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik secara aktif
berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada
buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang belajar,
jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan yang
demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan
latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. 8) Kurangi
secara sistematis Paksaan belajar. Akan tetapi bagi siswa yang sudah
mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu dikurangi dan
akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang menyenangkan. Siswa
akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajarannya
menyenangkan.
4.
Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa
prinsip motivasi yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar,
antara lain :
a.
Prinsip
Kompetisi
Prinsip
kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi.
Kompetisi inter pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi
masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu.
Sedangkan kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu
dengan yang lain. Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan
motivasi untuk bertindak secara lebih baik.
b.
Prinsip
Pemacu
Dorongan
untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu.
Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain.
Dalam hal ini motif teratur untuk mendorong agar selalu melakukan berbagai
tindakan dan unjuk kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam
upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c.
Prinsip
ganjaran dan hukuman
Ganjaran
yang diterima seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu
yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan
sebuah reward yang memadai cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya
pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran,
prinsip hukuman juga dapat menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi
melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman itu.
d.
Prinsip
Kejelasan Dan Kedekatan Tujuan
Makin
jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa
memahami tujuan belajarnya secara jelas. Hal itu dapat dilakukan dengan
memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan.
e.
Pemahaman
Hasil
Dalam
uraian diatas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang merupakan
balikan dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan
motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada
diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja
agar terus menjadi lebih baik lagi. Pengetahuan tentang balikan, memiliki
kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para
pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang
telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang
telah dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti
ini akan sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah
dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya.
f.
Pengernbangan
Minat
Minat
dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek.
Prinsip dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila
yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam
hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau
mengemhangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian
siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat
menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
g.
Lingkungan
Yang Kondusif
Lingkungan
kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat
menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif.
Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya
kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula
lingkungan sosialpsikalagis seperti hubugan antar pribadi, kehidupan kelompok,
kepimimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan
sebagainya.
h.
Keteladanan
Prilaku
guru secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku
murid yang sifatnya positif maupun negatif. Prilaku guru dapat meningkatkan
motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar diharapkan
agar prilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan
contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan
produktivitas belajar mereka.
Sehubungan
dengan hal diatas, ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan
oleh Hamalik (2002), agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran
khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar. Prinsip tersebut dapat
digunakan oleh pendidik dalam peningkatan motivasi peserta didik dalam
mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang optimal,
diantaranya: 1) Kebermaknaan. Suatu bidang studi akan lebih
bermakna bagi siswa apabila guru herusaha menghubungkannya dengan pengalaman
yang mereka miliki sebelumnya (masa lampau). Sesuatu yang menarik minat dan
bernilai tinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru
hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan
cara memberikan kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2)
Modelling. Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila
disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan
oleh siswa jika guru mengupayakan mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model,
bukan hanya dengan mencerahkan atau menceritakan secara lisan. Dengan model
tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh
guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih suka belajar apabila
penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan
siswa. 4) Prasyarat. Apa yang telah dipelajari oleh siswa
sebelumnya mungkin merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan
siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau
mengenali prasyarat- prasyarat yang telah mereka miiiki. 5) Novelty. Siswa
akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian
yang baru (Novelty) atau masih asing. 6) Latihan atau
Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik secara aktif berarti siswa
mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. 7)
Latihan Terbagi. Siswa lebih senang belajar, jika latihan di bagi
menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan yang demikian akan
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan latihan yang
dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. 8) Kurangi secara
sistematis Paksaan belajar. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai
menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu dikurangi dan
akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang merryenangkan. Siswa
akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajarannya
menyenangkan.
B. Al – Islam
1. Pengertian Al - Islam
C. Pendekatan Berbasis Aktivitas
Dalam
aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat
melakukan proses belajar secara efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang
sebaik-baiknya. Dalam kemajuan metodologi proses belajar mengajar saat ini asas
aktivitas (Student activity) lebih di tonjolkan melalui suatu program unit
activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan
dan hasil belajar yang lebih memadai.
Dari
beberapa macam aktivitas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar,
aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga
dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan
materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
Menurut
Hamalik (2001) ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli,
antara lain : (1) Kegiatan-kegiatan visual. (2) Kegiatan-kegiatan lisan. (3)
Mendengarkan. (4) Menulis. (5) Menggambar. (6) Metrik. ('7) Mental. (8)
Emosional. (9) Berpikir. (10) Mengingat Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1.
Kegiatan
Visual. Yang termasuk kegiatan ini adalah membaea, meiihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja
atau bermain.
2.
Kegiatan-kegiatan
Lisan. Kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi, dan instrupsi adalah implementasi dari kegiatan lisan.
3.
Kegiatan
Mendengarkan. Dalam proses belajar mendengarkan adalah salah satu hal yang
dilakukan, karena melalui aktivitas ini seorang siswa dapat memahami bahan
pelajaran yang diajarkan.
4.
Kegiatan
Menulis, misalnya: menulis cerita, laporan, mengarang, membuat rangkuman,
mengerjakan tes dan mengisi angket.
5.
Kegiatan
Menggambar, seperti membuat grafik, chart, diagram, dan lain sebagainya.
6.
Kegiatan
Metrik. Kegiatan dalam bidang metrik antara lain melakukan percobaan, memilih
alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
menari dan berkebun.
7.
Kegiatan
mental, meliputi memecahkan masalah, mengingat, menganalisis, melihat hubungan
- hubungan dan membuat keputusan.
8.
Kegiatan
Emosional. Kegiatan- kegiatan daiam kelompok ini terdapat dalam semua jenis
kegiatan dan overlap satu sama lain. Dari kegiatan ini diharapkan bisa
menimbulkan minat, berani, tcnang, dan lain- lain.
9.
Berpikir.
Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan
baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10. Mengingat. Mengingat yang didasari
atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut
adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu berhubungan dengan
aktivitas-aktivitas balajar lainnya (Ahamadi dan Supriyono, 1991).
Dari
beberapa macam aktivitas diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar
mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran.
Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan
dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul al-Islam pokok
bahasan hafal do’a tentang sholat duha pada siswa SMK Al-Fajar kelas XI pada semester
I tahun pelajaran 2013/2014" yang dilakukan oleh peneliti, dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika strategi pembelajaran yang
selama ini digunakan oleh guru SMK dalam kegiatan belajar mengajar siswa kelas XI
semester I SMK Al-Fajar, diganti dengan strategi pembelajaran berbasis
aktivitas, maka dimungkinkan akan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi
belajar dan diikuti dengan prestasi belajar Al-Islam pokok bahasan hafalan do’a
sholat Duha.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Lokasi
penelitian tindakan ini adalah al-Islam pokok bahasan hafal do’a tentang sholat
duha pada siswa SMK Al-Fajar kelas XI pada semester I tahun pelajaran 2013/2014
terdiri dari 21 siswa dan 14 siswi. Lama penelitian kurang lebih
tiga bulan dimulai dari bulan Agustus sampai Desember 2013, sedangkan subjek
dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan kemampuan belajar
antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.
B. Prosedur Penelitian
Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas XI Kedaung Pamulang Tangerang Selatan pada
tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan
kelas yang ingin mengungkap seberapa tinggi Tingkat efektifitas Pendekatan
berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar Al-Islam pokok bahasan do’a
sholat Duha pada siswa kelas XI. Penelitian ini dilakukan dua siklus,
masing-masing siklus terdiri dari tiga tatap muka (pertemuan).
Proses Penelitian Tindakan
Refleksi
awal, kelas XI smester I materi Al-Islam sangat pasip, siswa hanya mendengar
dan menyimak, bagaimana guru dapat meningkatkan motivasi belajar agar siswa
aktip?
1.
Perencanaan
Meliputi
penyampaian materi AL-Islam khususnya hafalan Doa sholat duha, latihan dengan pembahasan,
keaktifan siswa dalam memahami materi dan motivasi siswa.
2.
Tindakan
(action) kegiatan mencakup
a.
Siklus
I dimulai dari refleksi awal, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi akhir.
b.
Siklus
II (sama dengan siklus I)
3.
Observasi
(pengamatan)
Pada tahap ini
peneliti akan mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa
yaitu :
1). Banyaknya
siswa yang bertanya
2). Banyaknya
siswa yang menjawab pertanyaan guru/siswa lain
3). Memberikan
pendapat
4.
Refleksi
Pada
kegiatan akhir tiap siklus perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus
tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam
penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data
agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1.
Observasi
Obsevasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada
dua observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian tindakan ini,
diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah pengamatan yang
dilakukan dimana observer berada bersama dengan objek yang selidiki. Artinya
peneliti ikut berpartisipasi secara langsung saat peristiwa terjadi. (2) Obsevasi
tidak langsung, adalah observasi yang dilakukan dimana observer tidak
berada bersama dengan objek yang selidiki. Tetapi, peneliti menggunakan daftar
cek(Check List) dalam menggali atau mengumpulkan data ketika
menggunakan terknik ini.
2.
Wawancara
Wawancara
merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui
wawancara. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan
kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian
ini ditujukan kepada siswa kelas XI dan guru - guru kelas XI SMK Al-Fajar .
3.
Dokumentasi
Zuriah
(2003), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
D. Indikator keberhasilan dalam penelitian
ini adalah:
1.
Sebanyak > 75%
siswa dapat memahami materi do’a sholat duha
2.
Ketuntasan
belajar tercapai jika 85% siswa mendapat nilai > 65
3.
Untuk
kriteria keaktifan siswa mendapat nilai baik, dilihat dari hasil penilaian
instrument.
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan,
R., & Biklen, S. 1982. qualitative research in education, Allyn &
Bacon, Boston
Dakir, 1993. Dasar-Dasar Psikologi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi
_Motivasi Minat Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi Kerja, Wineka
Media, Malang
Djamarah, S. B. 2002. Psik.ologi Belajar,
PT. Rineka Cipta, Jakarta
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. 1981. Effective
Evaluation, Jossey-Bass Publishers, Sanfransisco
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan
Bidang Pendidikan Dan Sosial, edisi pertama, 13ayu Media Publishing,
Malang
Hamalik, O. 2002. Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi
Belajar dan Mengajar, Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung
Kosasih, Andreas. 2004. Peranan Motivasi
terhadap Hasil Belajarnya Siswa,Tabularasa, Vol. 2, No. 3
Miles, M.B., & Huherman, A.M. 1984. .Analisis
Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi, Universitas
Indonesia, Jakarta
Moeleng, L.J. 1995. Metodologi Penelitian
Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Moeleng, L.J. 2000. Metodologi
Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Nasution, S. 1998. Metode Penelitian
.Naturalistic Kualitatif, Penerbit Tarsito, Bandung
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual, Universitas
Negeri Malang, Malang
Langganan:
Komentar (Atom)

